Nanik sudah lima tahun menjadi ratu lintasan speed offroad. Jika melihat parasnya yang cantik dan pembawaannya yang kalem, mungkin tak ada yang menyangka dirinya adalah seorang pembalap. Wanita berkulit putih ini pertama kali berkenalan dengan dunia offroad dari sang suami, Agus Apache.
Agus sendiri sudah mempunyai segudang pengalaman di dunia tersebut. Awalnya dia hanya menjadi navigator suami. Ternyata sang suami mencium bakat istrinya. Akhirnya pada 2008, dia mulai menjadi offroader dan mengikuti kelas khusus wanita di Kejurda di Dampit, Kabupaten Malang. Di kejuaraan ini dia berhasil menyabet juara 1. Sejak itu pula Nanik terus berjaya di berbagai ajang offroad.
Aktivitas yang masih jarang diminati kaum hawa ini cukup berisiko. Mobilnya sendiri pernah terguling dan menabrak pohon. Namun Nanik menganggap offroad masih sangat aman. "Meski nyawa dipertaruhkan, kalau kita memperhatikan keamanan ya aman. Walau mobil ringsek, kalau safety bagus, kita selamat," ujar wanita yang tergabung dalam Blonde Offroad Team itu.
Dia sendiri pernah mengalami berbagai kendala saat mengendarai mobil jip di lintasan offroad, tapi hal itu tidak membuatnya kapok. Dia ingin terus eksis di dunia tersebut sampai tua nanti. Dari sisi usia, Nanik tergolong senior, bila dibandingkan offroader wanita lainnya. "Kebanyakan offroader sekarang usianya belasan tahun," ujar wanita 37 tahun itu. Tapi, dari sisi prestasi, Nanik tidak kalah bila dibandingkan para juniornya. "Pokoknya, sampai tua tetap offroader," tegasnya.
Ada kepuasan tersendiri yang dia dapatkan dari hobi ekstremnya itu. "Offroad itu ada kompetisinya, jika menjadi juara ada kebanggaan tersendiri," katanya dengan semangat. Kepuasan itu Nanik rasakan ketika dia berhasil menaklukkan lintasan dan bisa lolos dari rintangan.
Sementara offroad dianggap sebagai hobi, wanita yang sejak kecil sudah tomboy ini ternyata mempunyai profesi yang bertolak belakang dengan hobinya itu. Sudah setahun belakangan ibu dua anak itu mengajar di TK Dian Agung Malang. "Kalau ngajar, sisi feminin saya muncul," ucapnya. Setiap hari, antara pukul 07.00-11.00, Nanik menjalani rutinitasnya sebagai guru TK kelas B. Tapi jangan harap melihat sisi maskulin Nanik di kelas.
Nanik sangat mencintai anak-anak, bahkan muridnya pun juga mencintai dirinya. "Mereka sering ke kelas minta di pangku. Tapi akibatnya, murid saya di TK B cemburu," katanya sambil tersenyum.
Meski kegiatan offroad dengan profesinya sebagai guru TK sangat bertolak belakang, dia mengaku ada kesamaan di antara dua aktivitas itu. Kedua hal itu sama-sama menuntut kesabaran pelakunya. "Kalau kita emosi di lintasan, hasilnya bisa berantakan. Begitu juga waktu ngajar anak kecil, kita juga tidak boleh emosi," ujar runner up Kejurnas Offroad 2011 ini. Hanya saja kepuasan menjadi guru TK adalah ketika metode mengajarnya bisa diterima oleh para murid. "Kalau cara mengajar saya diterima, berarti saya benar," jelas Nanik.
Walau sangat mencintai dunia offroad dan anak-anak, dia tetap menomorsatukan keluarga. Dia tidak lupa akan kodrat dan kewajibannya sebagai ibu. Apalagi keluarganya juga sama-sama penggemar offroad. Kedua putranya yang berusia 17 dan delapan tahun mulai mengikuti jejaknya sebagai offroader. "Sepertinya offroad sudah mendarah daging. Saya tidak pernah mendapat komplain dari anak-anak mengenai hobi ini," pungkasnya.
Namun ketika disuruh memilih antara offroad atau guru TK, wanita cantik ini lantas tersenyum. "Sampai sekarang belum bisa jawab, yang jelas offroad ada masanya," tutur Nanik. Ke depannya dia ingin membagi ilmu dan pengalamannya seputar offroad pada generasi muda. | merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar