"Ketika kami mendengar kisah pembangunan masjid itu, segera terpikir bahwa hal itu pasti tidak biasa sehingga layak untuk didokumentasikan dalam sebuah film," komentar saira Rahma, seperti dikutip onislam.net, Kamis (26/4).
Saira mengungkap dua hari sebelum bangunan masjid mengalami perjalanan sejauh empat ribu kilometer, manajer umum Zubaidah Tallab Foundation, Hussain Guisti bertanya apakah kisah pembangunan masjid ini menarik dijadikan film. "Kami pun bilang, kami tertarik," kata Saira.
Keduanya pun berharap kisah pembangunan masjid ini bakal mengubah persepsi tentang Islam dan Muslim di dunia. "Kita tahu, dengan menyaksikan sebuah film dokumenter akan memberikan gambaran yang utuh tentang kisah pembangunan masjid. Disini kami tampilkan bagaimana keunikan Islam," kata dia.
Menurut Saira, film ini akan menjadikan Inuvik terlihat dalam peta. Masyarakat di dunia pun, akan mencari tahu tentang kota ini. "Yang lebih penting lagi, ada harapan dari kami agar penonton dapat terinspirasi dengan semangat sebuah komunitas kecil," kata dia.
Nantinya, film ini akan diproduseri Buffalo Gal Pictures dan Angel Salju Film, yang dimiliki Nilufer dan Saira Rahman. Saat ini, keduanya tengah meluncurkan kampanye online agar umat Islam dan masyarakat dunia mendukung pelaksanaan pembuatan film ini. "Aku melihat ada dukungan besar saat mengunggah trailer film di Yoputube. Lebih dari 10 ribu orang memberikan komentar," kata dia.
Seperti diberitakan, upaya gigih sebuah badan amal Muslim Manitoba, Kutub Utara, The Zubaidah Tallab Foundation, membuahkan hasil. Masjid megah nan unik pun berhasil dibangun di wilayah kota Thompson. Inilah masjid pertama yang ada, setelah lebih dari seabad kehadiran Islam di Inuvik, wilayah paling utara Kanada.
Masjid pertama di kutub utara, Kanada, resmi dibuka Rabu (10/11). Masjid tersebut tiba di kota kecil itu bulan lalu, setelah menempuh perjalanan empat ribu kilometer (2.485 mil) melintasi daratan dan sungai.
Selama ini, sebuah trailer dengan kontainer seluas 14 kaki persegi difungsikan sebagai masjid, namun makin lama makin tak bisa mengakomodasi seluruh jamaah. "Masjid baru yang dijuluki 'little mosque on the tundra' oleh media Kanada itu, menawarkan ruang utama dengan karpet merah, dapur dan perpustakaan," kata anggota komite masjid, Amer Suliman.
Selain difungsikan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga bisa dimanfaatkan sebagai gedung pertemuan warga dengan daya tampung hingga 3.500 orang. Kaum Muslim di kutub utara adalah imigran Sudan, Libanon, dan Mesir yang pindah ke Kanada untuk mencari pekerjaan dan kesempatan ekonomi.
"Ini adalah prestasi yang sangat pribadi bagi kita semua karena kami semula menempati bangunan kecil yang sudah tua dan sekarang memiliki bangunan baru ini," kata warga Muslim Ahmed Al Khalaf kepada Canadian Broadcasting Corporation.
Dalam perjalanannya ke kota kecil di Lingkaran Artika itu, masjid kecil ini hampir terbalik namun berhasil diselamatkan petugas pembangunan jalan. "Bagi seluruh warga kota Inuvik ini adalah bangunan baru di kota ini, dan setiap orang disambut di sini," kata Wali kota Inuvik, Denny Rodgers.
Rodgers mengatakan, tidak ada rasa permusuhan dengan adanya bangunan baru ini. "Kami adalah kota yang sangat multikultural. Kanada sendiri merupakan masyarakat majemuk dan Inuvik, kalau Anda lihat juga seperti itu," tegasnya. | republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar