Kesenian Berokan Dan Kuda Lumping Hampir Punah
Dulu, konon menurut cerita yang berkembang dalam adat masyarakat Indramayu dan melalui cerita dari kru seni berokan ini, Berokan biasanya difungsikan sebagai hiburan masyarakat pada saat musim paceklik tiba dan juga sebagai alternatif untuk ritual adat menolak bala dan bencana. Kebanyakan sih untuk mengusir hal hal yang berbau klenik. Contohnya adalah untuk mengobati anak kecil yang suka menangis di malam hari, dan lainnya.Terlepas dari tahayul atau tidak, saya hanya menulis dari sudut pandang tradisi dan budaya Indramayu, karena kesenian ini sudah jarang kita temui alias hampir punah.
-->
Kebiasaan masyarakat kami (indramayu, Red.) ketika diadakan Pagelaran Kesenian Berokan dan Kuda Lumping ini warga akan membawa sejumlah beras dan sebotol air mineral, kemudian di taruh di dekat "Berokan".
Beras dan air mineral tersebut akan dimasukkan kedalam "Berokan", dan kemudian akan di do'akan oleh Sang Pemain Berokan yang di pandu oleh Tetua Grup Rombongan Berokan. Sebelum melaksanakan Ritual Pembacaan Do'a , berokan dan kuda lumping (jaran cecek - bhs.lokal Indramayu) akan melakukan atraksi permainan ekstrim. Dalam permainan ini kondisi sang pemain kuda lumping dalam kondisi tidak sadar atau kesurupan. Kuda Lumping akan memakan pecahan kaca, beling, gabah, lampu pijar neon, dan meminum air kotor.
Setelah atraksi ekstrem itu waktu yang di tunggupun tiba yaitu acara pembacaan do'a. Do'a ini dipanjatkan ke hadirat Illahi melalui media Berokan, Beras dan Air Mineral. Dengan do'a ini diharapkan agar kita bsa memperoleh kesehatan, kejayaan dan di jauhkan dari gangguan mahluk gaib. Setelah selesai di bacakan do'a, sisa beras dan air mineral akan disimpan. Sisa Beras yang di doakan akan disimpan di tempat penyimpanan beras (pedaringan - bhs.Indramayu) dan air mineralnya diminum atau dibasuh ke muka.
Kini jaman sudah berubah, para pelakon Kesenian Tradisional Indramayu khususnya Kesenian Berokan dan Kuda Lumping (jaran cecek) sudah sangat sulit untuk kita jumpai. Masyarakat lebih cenderung memilih sesuatu yang lebih modern. Kesenian tradisional Indramayu semakin sulit untuk kita jumpai. Jangankan kesenian Berokan, kesenian tradisional seperti Sandiwara, Tarling, dan Wayang Kulit kini semakin sulit untuk kita jumpai.
Saya kira ini adalah PR kita bersama sebagai warga masyarakat Indramayu dan dukungan dari regulasi Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Indramayu untuk digalakkan dan dihidupkan kembali kesenian tradisional Indramayu yang hampir tenggelam tergerus laju arus modernisasi.
Ayo bangkitkan kembali Kesenian dan Kebudayaan Indramayu. Hmmm kapan kih batur lan sedulur reang kabeh kita pada bisa lajo maning nongton sandiwara karo tarling atawa nongton wayang bari sangu sarung bari kridongan, terus balike wayah bedug subuh? ....hihihih [kelingan jaman bengen cah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar