Inilah 4 Orang Yang Sombong Setelah Kaya di Indonesia

Inilah 4 Orang Yang Sombong Setelah Kaya di Indonesia

Inilah 4 Orang Yang Sombong Setelah Kaya di Indonesia - Ada petuah bijak yang menyebut jangan silau dengan harta karena semua itu hanya titipan Tuhan. Namun sepertinya kalimat tersebut tidak berlaku bagi empat orang ini. Awalnya bersahaja, tetapi saat pundi-pundi hartanya melimpah, kesombongannya mulai muncul. Akibatnya, hujatan kerap menyerang pribadi tersebut.

Berikut 4 orang sombong setelah kaya di Indonesia:

1. PNS telantarkan istri dan 3 anak
Ali Zuin Mashar, Pegawai Negeri Sipil (PNS) menelantarkan istri dan 3 anaknya setelah kaya karena usahanya maju.

Sonnia, begitu sang istri biasa disapa, menceritakan kejadian berawal saat hubungan rumah tangganya sudah tidak harmonis sejak tahun 2010. Dirinya menikah dengan Ali Zuin Mashar tahun 2000 silam.

"Awalnya kami berdua orang susah. Nikah di Tapanuli. Lalu suami saya mencoba berbisnis pupuk di Cileungsi dan Alhamdulillah berkembang hingga sekarang," papar Sonnia.

Namun, seiring berkembangnya usaha pupuk yang dilakoni Ali, Sonnia harus mendapatkan perubahan sikap suaminya tersebut.

"Mungkin karena dia ketutup matanya. Sejak bisnisnya maju tahun 2010, dia berubah menjadi galak. Suka marahi saya dan anak bahkan sampai melakukan kekerasan. Saya tidur di teras dengan bangun tenda. Suami saya pun tidak di rumah. Pintu masuk rumah dikunci oleh suami saya. Listrik dimatikan," ujar Sonnia.

Ali yang merupakan salah satu Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) akhirnya pada 19 Juni 2010 dilaporkan Sonnia atas tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Polsek Bekasi Timur.

2. Darsem foya-foya pakai uang sumbangan
Darsem, mantan tenaga kerja wanita (TKW) asal Subang lolos dari hukum pancung di Arab Saudi. Dia didakwa membunuh saudara majikannya. Padahal, perbuatan itu dilakukan Darsem dalam upaya membela diri. Publik yang merasa iba mengumpulkan uang Rp 1,2 miliar untuk disumbangkan kepada Darsem.

"Memangnya kenapa kalau saya pakai uang (sumbangan) itu. Itu kan uang saya sekarang," ujar Darsem, masih dengan nada ketus.

Darsem dikabarkan memborong perhiasan, membeli rumah, dan sawah. "Kalau beli perhiasan seperti ini kan biasa. Namanya perempuan, masak nggak boleh pakai perhiasan," ucapnya

Selain perhiasan Darsem, benda-benda berharga milik Dawud seperti jam tangan Rolex dan HP merek Cross juga disebut-sebut dibeli dari uang sumbangan.

3. Syekh Puji
Pujiono Cahyo Widianto alias Syekh Puji, pengusaha kaya yang sempat menggegerkan karena menikahi Lutfiana Ulfa ketika dia berusia 12 tahun. Dia kerap kali memamerkan koleksi mobil mewahnya yang seharga miliaran rupiah, serta uang tunai di dalam lemari besi yang sebanyak ratusan miliar rupiah di dekat gerbang teras rumah kediaman di kawasan Semarang yang luas dan dijaga beberapa pengawal terpercaya.

Bisnis pelindung pondok pesantren Miftahul Jannah itu sebagai eksportir kaligrafi dan kerajinan kuningan PT Sinar Lendoh Terang (Silenter), dipercaya beromzet Rp 120 miliar. Disebut-sebut perilaku Syekh Puji berubah setelah berlimpah harta. Berbeda ketika dia masih menjadi salesman di Jakarta.

4. Pemilik pabrik wajan siksa buruh
Yuki Irawan, pemilik pabrik wajan dan kuali alumunium di Kampung Bayur Opak, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, memperlakukan buruhnya layaknya budak. Para korban dipekerjakan tanpa menerima bayaran sepeser pun dengan jam kerja dari pukul 06.00 WIB hingga 24.00 WIB. Kondisi tempat para buruh bekerja juga tidak layak berada satu kompleks dengan rumah megah Yuki.

Mereka tak berani melawan karena pemilik pabrik menyewa centeng untuk menghajar para buruh. "Korban mengalami luka akibat pukulan, luka air timah, asma, batuk, gatal-gatal, kadas, kutu air diderita korban," kata Koordinator Badan Pekerja KontraS Haris Azhar.

Selain itu, telepon genggam, baju dan uang buruh juga disita. Mereka dilarang bersosialisasi. Makanan yang diberikan hanya sambal dan tempe setiap harinya. "Korban tidur di ruangan 40 X 40 meter, tanpa jendela atau ventilasi, 1 WC," ungkapnya.

Ahmad Basyuni, tetangga pelaku, menceritakan bahwa 15 tahun yang lalu Yuki tidak kaya seperti sekarang. Awalnya dia tinggal di rumah kontrakan milik kakak Basyuni, di desa Lebak Wangi. Kemudian Yuki mulai membuka usaha daur ulang limbah alumunium foil di kawasan Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang.

"Lalu usahanya berkembang dan buka lagi di samping rumahnya. Usaha itu berjalan sejak tujuh tahun yang lalu. Kalau pabrik wajan itu baru satu tahun berjalan," paparnya.

Menurut Basyuni, sebelum memiliki pabrik, Yuki adalah orang yang ramah. Tapi setelah sukses, dia menjadi sombong dan jarang bersosialisasi dengan warga. "Saya tahu gimana susahnya dia dulu. Sekarang dia menegur juga tidak pernah," tukasnya. | merdeka,com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top