asy-syaikh muhammad nashiruddin al albani, penelaah hadis
Albania menjadi satu-satunya negara Eropa yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Banyak ulama lahir dari negeri tersebut, namun yang paling fenomental ialah seorang ulama yang banyak menelaah hadits, Syaikh Nashiruddin Al-Albani.
Ia sangat terkenal di bidangnya hingga kitabnya banyak menjadi rujukan untuk mengetahui tingkat keshahihan hadits, termasuk di berbagai pesantren dan perguruan tinggi di Indonesia.
Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani bin Nuh Najati, demikian nama lengkapnya. Syaikh merupakan kelahiran asli Albania pada tahun 1914 masehi. Ayahnya merupakan ulama di negeri Eropa tersebut yang bermazhab hanafi dan belajar ilmu di Istanbul.
Belum sampai Al-Albani dewasa, negara Albania dilanda "reformasi" agama ala Barat sampai-sampai lafadz adzan tak lagi berbahasa Arab melainkan Bahasa Albania.
Khawatir membawa pengaruh buruk bagi puytranya, sang ayah pindah meninggalkan Albania ke Damaskus, Suriah. Di sanalah Al-Albani tumbuh dewasa, belajar agama dari ayahnya dan ulama lain teman-teman sang ayah.
Sejak kecil, para guru telah melihat kecerdasan syaikh yang luar biasa. Belum lagi kegemaran membaca dari syaikh Al-Albani maka lengkaplah modal untuk mempelajari dan menguasai ilmu. Hingga di usia 20 tahun, ia mendapati sebuah majalah yang menarik perhatiannya, Al-Manar.
Majalah tersebut merupakan terbitan seorang ulama Mesir ternama, Muhammad Rasyid Ridha. Saat membacanya, syaikh kemudian tertarik pada sebuah makalah Rasyid Ridha tetang studi kritik atas kitab "Ihya Ulumuddin".
"Kala itu kali pertama aku membaca sebuah kritik ilmiah semacam itu," tulis Al-Albani dalam kitab biografinya muhanditsul Al-Albani.
Sejak itulah, Al-Albani mulai tertarik pada ilmu hadits. Dalam studi kritik tersebut ditelaah banyak hadits terkait tingkat kesahihannya. Ia pun mulai membeli buku-buku yang membahas studi kritik kekuatan hadits.
Namun saat itu ia bukanlah orang kaya. Pekerjaannnya hanya tukang kayu yang kemudian beralih profesi menjadi tukang reparasi jam. Namun kemiskinan tak menghambatnya, ia pun akhirnya mencari penyewaan buku.
Menakjubkan. Setiap kitab yang syaikh sewa, selalu ia salin dengan goresan tangan, dari awal hingga akhir. Proses penyalinan tersebut bukan membuat syaikh bosan dan lelah, justru makin tertarik pada ilmu hadits. Syaikh begitu antusias mempelajari ilmu hadits.
n
Reporter : afriza hanifa |
Redaktur : Damanhuri Zuhri |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar